MAKKAH - Melihat momen wisuda jamaah haji Indonesia di Tanah Suci. Wisuda jamaah haji ini merupakan budaya Mappatoppo.
Budaya Mappatoppo merupakan tradisi haji Bugis-Makassar. Tradisi ini adalah simbol meletakkan peci atau sorban bagi jamaah laki-laki atau cipo-cipo kudung bagi jamaah perempuan.
Ketua PPIH Arab Saudi Arsad Hidayat mengatakan, budaya Mappatoppo biasa dilakukan oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Bukan hanya budaya murni tapi bersinggungan dengan ajaran Islam dan bersendikan syariah.
"Acara wisuda seseorang yang tadinya predikatnya belum haji jadi haji dengan memasangkan peci atau kopiah haji atau kerudung, baik bagi jamaah haji laki-laki maupun jamaah perempuan," kata Arsad di Makkah, Rabu (13/7/2022).
Acara Mappatoppo ini juga dihadiri dihadiri Kepala Sektor 2 Lutfi Yunus serta puluhan jamaah haji dari embarkasi Makassar (UPG). Arsad melihat pesan dari Mappatoppo bukan hanya budaya tapi menunjukkan transformasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari setelah berhaji.
"Tentu ada proses transformasi, nah ini sama ada kesesuaian dengan pesan haji mabrur. Haji mabrur itu orang-orang mendapatkan predikat dari Allah SWT yang setelah proses haji itu banyak sekali perubahan-perubahan dalam perilaku hidupnya, dalam akhlaknya, dalam kebiasaan, dalam kesehariannya," kata Arsad.
 Baca juga: Ini 4 Catatan MUI untuk Penyelenggaraan Haji 1443 H, dari Pemondokan Hingga Monitor Kesehatan
"Nah ini yang ingin disampaikan dalam acara Mappatoppo tersebut," sambungnya.
Menurut Arsad, meletakkan peci ke kepala hanya sebuah simbol tapi pesan yang terdapat di dalamnya sangat mengandung arti penting bagi seseorang yang belum berhaji menjadi sudah berhaji.
"Tapi bagaimana mengubah karakter ibadah kita setelah haji. Misalnya sodaqah. Sebelum haji tidak pernah shalat berjamaah, habis haji kita harus sering shalat berjamaah, sering bersilaturahmi," katanya.
Follow Berita Okezone di Google News