Saat ini, Jabal Uhud telah menjadi tonggak sejarah yang hidup sepanjang masa di hati umat Islam. Para peziarah dan kaum muslimin seluruh dunia terus mengenang peristiwa yang terjadi di Jabal Uhud. Bagi para peziarah yang datang, mereka tampak khusu' memberikan doa kepada para suhada yang tewas dalam peperangan di Uhud. Tak jarang dari mereka meneteskan air mata dan merasa terharu atas perjuangan para suhada.Â
Peziarah Datangi Kawasan Jabal Uhud, Madinah, Arab Saudi (foto: Amril Amarullah/Okezone)Â
Namun, berdasarkan saksi para peziarah yang telah mengunjungi, Jabal Uhud terus mengalami perubahan. Erosi akibat gugurnya bebatuan membuat Bukit Ar Rumah, ditempatkannya pasukan pemanah semakin rendah. Di bukit Ar Rumah, masih dapat terlihat jelas, pemandangan tempat peperangan termasuk makam para suhada Uhud.
Untuk makam para suhada Uhud, juga sudah dipagari oleh Pemerintah Arab Saudi pada 1383 H dengan ketinggian mencapai 3 meter. Namun peziarah dapat melihat melalui celah pagar jeruji, sekumpulan batu yang menjadi simbol atau nisan makam para suhada.Â
Di luar pagar kuburan suhada itu, berdiri papan pengumuman ukuran besar, bertuliskan tata cara berziarah, yang intinya sebagai peringatan atau larangan mencari berkah di makam tersebut dan mengusap-usap pagar karena perbuatan bid'ah. Ada sejumlah bahasa yang terpampang, diantaranya bahasa Arab, Inggris, Turki dan Melayu/Indonesia.
Jabal Uhud, Madinah, Arab Saudi (foto: Amril Amarullah/Okezone)Â
Selain itu, perubahan juga terjadi di sekitar bukit Uhud. Selain sudah dicor dengan semen, saat ini juga sudah di penuhi para pedagang. Mereka menjajakan barang dagangannya sebagai oleh-oleh dari tasbih hingga buah kurma dan pakaian. Disampingnya terdapat masjid megah bernama Sayyid al-Syuhada.
Para peziarah umumnya tak melepaskan begitu saja ke Jabal Uhud dengan tangan hampa. Mereka tentu membeli buah tangan atau oleh-oleh. (fid)
Follow Berita Okezone di Google News
(sal)