MADINAH - Jumlah jamaah yang wafat usai pelaksanaan Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) meningkat drastis. Selain faktor kondisi alam, faktor fisik juga menjadi salah satu penyebab jamaah haji asal Indonesia banyak yang wafat di Tanah Suci.
Wacana pembatasan usia jamaah haji kembali bergulir sebagai salah satu solusi menekan angka kematian di Tanah Suci. "Memang faktor kondisi alam yang tidak menunjang, kemudian faktor risiko
Follow Berita Okezone di Google News
tinggi (risti) dari Tanah Air itu semua memberikan kontribusi," kata Kepala Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah, dr Subagyo saat ditemui wartawan di kantornya, Sabtu (27/11/2010).
Subagyo mengatakan dirinya menyetujui adanya wacana mengenai pembatasan usia bagi jamaah haji reguler yang akan berangkat ke Tanah Suci. Jamaah yang sudah masuk kiriatri (usia di atas 65 tahun) sebaiknya tidak diberangkatkan ke Tanah Suci.
Menurut Subagyo usulan tersebut beralasan mengingat ibadah haji adalah sebuah ibadah yang memerlukan ketahanan fisik cukup tinggi. Selain itu masa waktu jamaah reguler di Tanah Suci cukup lama yakni 40 hari.
Berbeda dengan jamaah ONH Plus yang kurang lebih separuh dari jamaah reguler. "Jamaah jadi tidak terlalu lama terpapar lingkungan dan alam yang berbeda," kata dr Subagyo.
Selain itu pemeriksaan yang ketat ketika berada di Puskesmas juga bisa meminimalisir angka kematian ketika jamaah berada di Tanah Suci. Sebaiknya, saat diperiksa di Puskesmas dan diketahui sebagai jamaah risti, mengurunkan berangkat ke Tanah Suci.
"Sebaiknya memang dibatalkan karena risti itu mengganggu kesehatan sebab haji adalah ibadah fisik bukan hanya kerohanian," urai Subagyo yang juga ahli paru di RSUD Pasar Rebo ini.
Sampai siang ini, jamaah yang wafat sudah mencapai 292 orang. Peningkatan jamaah wafat terjadi pascapelaksanaan armina. Mereka mayoritas jamaah berusia di atas 65 tahun sebanyak 197 orang.
     Â
(fer)